al-quran-terjemahan-al-quran-digital-beli-buku-online AddeenShop - Tazkirah AddeenShop: Tazkirah - All Post
WHAT'S NEW?
Loading...
Showing posts with label Tazkirah. Show all posts
Showing posts with label Tazkirah. Show all posts
Riyadus Solihin adalah sebuah kitab yang menghimpunkan hadis-hadis daripada Kutubus Sittah iaitu enam kitab hadis yang paling utama dalam Islam. Kitab ini telah dijadikan pegangan selama ratusan tahun bagi para ulama dan penuntut ilmu kerana kedudukan ilmiah yang dimiliki oleh pengarang sendiri dan pemahamannya yang tinggi terhadap sunnah Rasulullah.




Isi kandungannya meliputi bimbingan yang dapat membina jiwa dan kekuatan untuk menghiasi kehidupan dengan amal kebaikan. Selain itu, naskhah ini menyentuh keperluan setiap aspek peribadi seorang Muslim dan hubungan dalam masyarakat. Tidak dinafikan kitab ini menjadi panduan dalam persediaan kita menuju Akhirat yang kekal abadi.

Antara kandungan menarik:
- Menguruskan masalah hati dan kekotoran jiwa.
- Motivasi dan dorongan untuk melakukan amal ibadah.
- Menjaga hubungan manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
- Aspek moral dan adab dari mulai bangun tidur sampai kembali tidur.
- Perbahasan hukum-hukum syarak terutamanya dalam Mazhab Syafie.


PENULIS – IMAM AL-NAWAWI
ISBN – 978-967-86-0793-3
HALAMAN – 1184

Harga RM95
TEMPAHAN 0193276456
KEUTAMAAN 10 HARI PERTAMA BULAN DZULHIJJAH DAN AMALAN YANG DISYARIATKAN


Oleh
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin



Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, Nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan segenap sahabatnya.

روى البخاري رحمه الله عن ابن عباس رضي الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ما من أيام العمل الصالح فيها أحب إلى الله من هذه الأيام – يعني أيام العشر - قالوا : يا رسول الله ولا الجهاد في سبيل الله ؟ قال ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجل خرج بنفسه وماله ثم لم يرجع من ذلك بشيء 

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, rahimahullah, dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'anhuma bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu : Sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Mereka bertanya : Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah ?. Beliau menjawab : Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun".

وروى الإمام أحمد رحمه الله عن ابن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ما من أيام أعظم ولا احب إلى الله العمل فيهن من هذه الأيام العشر فأكثروا فيهن من التهليل والتكبير والتحميد 

وروى ابن حبان رحمه الله في صحيحه عن جابر رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: أفضل الأيام يوم عرفة.

"Imam Ahmad, rahimahullah, meriwayatkan dari Umar Radhiyallahu 'anhuma, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir dan tahmid".

MACAM-MACAM AMALAN YANG DISYARIATKAN

1. Melaksanakan Ibadah Haji Dan Umrah
Amal ini adalah amal yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain : sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:

العمرة إلى العمرة كفارة لما بينهما والحج المبرور ليس له جزاء إلا الجنة 

"Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah Surga".

2. Berpuasa Selama Hari-Hari Tersebut, Atau Pada Sebagiannya, Terutama Pada Hari Arafah.
Tidak disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yang paling utama, dan yang dipilih Allah untuk diri-Nya. Disebutkan dalam hadist Qudsi :

الصوم لي وأنا أجزي به ، انه ترك شهوته وطعامه وشرابه من أجلي

"Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku".

Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

ما من عبد يصوم يوماً في سبيل الله ، إلا باعد الله بذلك اليوم وجهه عن النار سبعين خريف

"Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun". [Hadits Muttafaqun 'Alaih].

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah rahimahullah bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

صيام يوم عرفة أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله والتي بعده .

"Berpuasa pada hari Arafah karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya".

3. Takbir Dan Dzikir Pada Hari-Hari Tersebut.
Sebagaimana firman Allah Ta'ala.

وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ 

".... dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan ...". [al-Hajj/22 : 28].

Para ahli tafsir menafsirkannya dengan sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Karena itu, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari tersebut, berdasarkan hadits dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhuma.

فأكثروا فيهن من التهليل والتكبير والتحميد 

"Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir dan tahmid". [Hadits Riwayat Ahmad].

Imam Bukhari rahimahullah menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhuma keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orangpun mengikuti takbirnya. Dan Ishaq, Rahimahullah, meriwayatkan dari fuqaha', tabiin bahwa pada hari-hari ini mengucapkan :

الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر ولله الحمد 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaha Ilallah, wa-Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamdu

"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tidak ada Ilah (Sembahan) Yang Haq selain Allah. Dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala puji hanya bagi Allah".

Dianjurkan untuk mengeraskan suara dalam bertakbir ketika berada di pasar, rumah, jalan, masjid dan lain-lainnya. Sebagaimana firman Allah.

وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ

"Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu ...". [al-Baqarah/2 : 185].

Tidak dibolehkan mengumandangkan takbir bersama-sama, yaitu dengan berkumpul pada suatu majlis dan mengucapkannya dengan satu suara (koor). Hal ini tidak pernah dilakukan oleh para Salaf. Yang menurut sunnah adalah masing-masing orang bertakbir sendiri-sendiri. Ini berlaku pada semua dzikir dan do'a, kecuali karena tidak mengerti sehingga ia harus belajar dengan mengikuti orang lain.

Dan diperbolehkan berdzikir dengan yang mudah-mudah. Seperti : takbir, tasbih dan do'a-do'a lainnya yang disyariatkan.

4. Taubat Serta Meninggalkan Segala Maksiat Dan Dosa.
Sehingga akan mendapatkan ampunan dan rahmat. Maksiat adalah penyebab terjauhkan dan terusirnya hamba dari Allah, dan keta'atan adalah penyebab dekat dan cinta kasih Allah kepadanya.

Disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

ان الله يغار وغيرة الله أن يأتي المرء ما حرم الله علي

"Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakala seorang hamba melakukan apa yang diharamkan Allah terhadapnya" [Hadits Muttafaqun 'Alaihi].

5. Banyak Beramal Shalih.
Berupa ibadah sunat seperti : shalat, sedekah, jihad, membaca Al-Qur'an, amar ma'ruf nahi munkar dan lain sebagainya. Sebab amalan-amalan tersebut pada hari itu dilipat gandakan pahalanya. Bahkan amal ibadah yang tidak utama bila dilakukan pada hari itu akan menjadi lebih utama dan dicintai Allah daripada amal ibadah pada hari lainnya meskipun merupakan amal ibadah yang utama, sekalipun jihad yang merupakan amal ibadah yang amat utama, kecuali jihad orang yang tidak kembali dengan harta dan jiwanya.

6. Disyariatkan Pada Hari-Hari Itu Takbir Muthlaq
Yaitu pada setiap saat, siang ataupun malam sampai shalat Ied. Dan disyariatkan pula takbir muqayyad, yaitu yang dilakukan setiap selesai shalat fardhu yang dilaksanakan dengan berjama'ah ; bagi selain jama'ah haji dimulai dari sejak Fajar Hari Arafah dan bagi Jama’ah Haji dimulai sejak Dzhuhur hari raya Qurban terus berlangsung hingga shalat Ashar pada hari Tasyriq.

7. Berkurban Pada Hari Raya Qurban Dan Hari-Hari Tasyriq.
Hal ini adalah sunnah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, yakni ketika Allah Ta'ala menebus putranya dengan sembelihan yang agung. Diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

وقد ثبت أن النبي صلى الله عليه وسلم ضحى بكبشين أملحين أقرنين ذبحهما بيده وسمى وكبّر ووضع رجله على صفاحهما 

"Berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu". [Muttafaqun 'Alaihi].

8. Dilarang Mencabut Atau Memotong Rambut Dan Kuku Bagi Orang Yang Hendak Berkurban.
Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya, dari Ummu Salamah Radhiyallhu 'anha bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

إذا رأيتم هلال ذي الحجة وأراد أحدكم أن يضّحي فليمسك عن شعره وأظفاره 

"Jika kamu melihat hilal bulan Dzul Hijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya".

Dalam riwayat lain :

فلا يأخذ من شعره ولا من أظفاره حتى يضحي 

"Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya sehingga ia berkurban".

Hal ini, mungkin, untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang menuntun hewan kurbannya. Firman Allah.

وَلا تَحْلِقُوا رُءُوسَكُمْ حَتَّى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّه

"..... dan jangan kamu mencukur (rambut) kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat penyembelihan...". [al-Baqarah/2 : 196].

Larangan ini, menurut zhahirnya, hanya dikhususkan bagi orang yang berkurban saja, tidak termasuk istri dan anak-anaknya, kecuali jika masing-masing dari mereka berkurban. Dan diperbolehkan membasahi rambut serta menggosoknya, meskipun terdapat beberapa rambutnya yang rontok.

9. Melaksanakan Shalat Iedul Adha Dan Mendengarkan Khutbahnya.
Setiap muslim hendaknya memahami hikmah disyariatkannya hari raya ini. Hari ini adalah hari bersyukur dan beramal kebajikan. Maka janganlah dijadikan sebagai hari keangkuhan dan kesombongan ; janganlah dijadikan kesempatan bermaksiat dan bergelimang dalam kemungkaran seperti ; nyanyi-nyanyian, main judi, mabuk-mabukan dan sejenisnya. Hal mana akan menyebabkan terhapusnya amal kebajikan yang dilakukan selama sepuluh hari.

10. Selain Hal-Hal Yang Telah Disebutkan Diatas.
Hendaknya setiap muslim dan muslimah mengisi hari-hari ini dengan melakukan ketaatan, dzikir dan syukur kepada Allah, melaksanakan segala kewajiban dan menjauhi segala larangan ; memanfaatkan kesempatan ini dan berusaha memperoleh kemurahan Allah agar mendapat ridha-Nya.

Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya dan menunjuki kita kepada jalan yang lurus. Dan shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad, kepada keluarga dan para sahabatnya.

والله الموفق والهادي إلى سواء السبيل وصلى الله على محمد وآله وصحبه وسلم .

صدرت بأذن طبع رقم 1218/ 5 وتاريخ 1/ 11/ 1409 هـ
صادر عن إدارة المطبوعات بالرئاسة العامة لإدارات البحوث العلمية والإفتاء والدعوة والإرشاد
كتبها : الفقير إلى عفو ربه
عبدالله بن عبدالرحمن الجبرين
عضو ا

[Disalin dari brosur yang dibagikan secara cuma-cuma, tanpa no, bulan, tahun dan penerbit. Artikel dalam bahasa Arab dapat dilihat di http://www.saaid.net/mktarat/hajj/4.htm]

Kita adalah penduduk syurga. 
Kita tidak berasal dari bumi, 
tapi kita berasal dari syurga.
Maka carilah bekal 
untuk kembali ke rumah,
kembali ke kampung halaman.

Dunia bukan rumah kita, 
maka jangan cari kesenangan dunia.
Kita hanya pejalan kaki dalam perjalanan 
kembali kerumah kita.

Bukankah mereka yang sedang dalam perjalanan pulang selalu mengingat rumahnya dan mereka mencari buah tangan untuk kekasih hatinya  yang menunggu di rumah..
Lantas, apa yang kita bawa untuk penghuni rumah kita?

Rabb yang mulia
Dia hanya meminta 
amal sholeh dan keimanan, 
serta rasa rindu padaNya 
yang menanti di rumah. 

Begitu beratkah memenuhi perintahNya?
Kita tidak berasal dari bumi, 
kita adalah penduduk syurga.
Rumah kita jauh lebih Indah di sana.
Kenikmatannya tiada terlukiskan
dihuni oleh 
orang-orang yang mencintai kita. 

Ada isteri sholehah 
Ada suami Sholeh
serta tetangga dan kerabatyang menyejukkan hati.
Mereka rindu kehadiran kita, 
setiap saat menatap 
menanti kedatangan kita.

Mereka menanti khabar baik dari Malaikat Izrail.
Bila Keluarga mereka akan pulang.
Ikutilah peta (Al Qur'an) yang Allah titipkan sebagai pedoman perjalanan.
Jangan sampai salah arah dan berbelok ke rumahnya iblis Laknatullah yaitu neraka.
Kita bukan penduduk bumi, 
kita penduduk syurga. 

Bumi hanyalah perjalanan.
Kembalilah ke rumah kita...
(Semoga Allah merahmati tuan yg mencipta puisi indah in)
KAJIAN PENGAMALAN DAN KESEDARAN PEMBACAAN AL-QURAN DALAM KALANGAN PELAJAR MUSLIM POLITEKNIK PORT DICKSON NEGERI SEMBILAN




PERNYATAAN MASALAH 
Kajian ini dijalankan berikutan terdapat masalah pelajar kurang lancar membaca al-Quran dan masih terdapat pelajar yang tidak mahir membaca al-Quran seperti tidak mengenal huruf, tidak boleh membunyikan perkataan dan tidak boleh membaca dengan sempurna. Masalah ini dikenalpasti ketika pensyarah membuat penilaian amali kaedah khusus bacaan Al-Quran berdasarkan sukatan AA101 Pendidikan Islam 1 yang wajib diambil oleh pelajar muslim semester . 
Berdasarkan temubual secara tidak langsung dengan pelajar muslim juga mendapati mereka tidak dapat membaca Al-Quran dengan sempurna dan lancar kerana kurang dorongan dari ibu bapa, kurang kesedaran terhadap diri sendiri dan kepentingan pengamalan bacaan Al-Quran dalam kehidupan seharian. 

OBJEKTIF KAJIAN 
Secara umumnya, kajian ini dijalankan bertujuan untuk mengenal pasti sejauhmana pengamalan dan kesedaran terhadap pembacaan Al-Quran di Politeknik Port Dickson Negeri Sembilan. Secara khususnya objektif kajian ini adalah seperti berikut :
1. Mengenal pasti tahap pengamalan pelajar muslim terhadap pembacaan Al-Quran di Politeknik Port Dickson Negeri Sembilan 2. Mengenal pasti tahap kesedaran pelajar muslim terhadap pembacaan Al-Quran

IMPLIKASI DAPATAN KAJIAN

Hasil dapatan kajian ini telah memberi beberapa maklumat penting tentang tahap pengamalan dan kesedaran pelajar tentang pembacaan Al-Quran. Oleh yang demikian, diharapkan hasil dapatan kajian ini dapat memberi inspirasi dan mendorong para pensyarah serta pihak yang terlibat secara langsung ataupun tidak langsung di dalam bidang pendidikan agar dapat melaksanakan langkah-langkah untuk mempertingkatkan lagi tahap kelancaran dan pengetahuan pelajar dalam pembacaan Al-Quran.Kekerapan membaca Al-Quran juga merupakan sesuatu yang amat penting kerana dengan kekerapan membaca tersebut boleh memperbaiki pembacaan dan dari situ timbul minat dan kesedaran terhadap kepentingan pembacaan Al-Quran.

Berdasarkan kajian yang dibuat oleh Mohd Abbas Bin Abdul Latiff dan Farihatun Nadia Binti Yaacob, dari segi kekerapan membaca Al-Quran, hanya 81.8% kadang-kadang sahaja membaca Al-Quran bersama keluarga. Manakala 10.1% yang selalu mengamalkan membaca Al-Quran bersama keluarga dan terdapat juga responden yang tidak pernah membaca Al-Quran bersama keluarga iaitu 8.1%. Pengkaji berpendapat membaca Al-Quran tidak dijadikan amalan seharian oleh keluarga mereka.

Penyelidik mencadangkan beberapa langkah yang boleh di ambil untuk penambahbaikkan tahap kesedaran dan pengamalan pembacaan Al-Quran pelajar dalam kehidupan seharian mereka. Antaranya ialah : 
1. Mengadakan bengkel untuk mengenali Asas Bacaan Al-Quran seperti Kaedah Iqra’ khususnya bagi tahap penguasaan pelajar yang amat lemah dalam pembacaan Al-Quran. 
2. Mengadakan kelas mengaji Al-Quran seminggu sekali bagi pelajar yang dikenalpasti tahap penguasaan pembacaan mereka mengikut tahap lemah, sederhana dan baik.Pelajar yang mempunyai tahap penguasaan yang baik boleh menjadi fasilitator bagi pelajar yang mempunyai tahap penguasaan yang lemah dan sederhana. 
3. Pensyarah mengajar menggunakan CD ataupun ’software’ pembelajaran Al-Quran agar pembelajaran di bilik kuliah lebih menarik minat pelajar dan memberikan kesan yang baik kepada tahap pembacaan pelajar. 
4. Pensyarah ketika mengajar mestilah selalu menggunakan kaedah Talaqqi dan Mushafahah iaitu pelajar mengambil bacaan daripada guru, iaitu mendengar dengan teliti serta melihat pergerakan mulut guru kemudian mengulang bacaannya dengan didengari oleh guru sehingga guru berpuas hati bacaannya betul dan sebutannya tepat.

Cadangan ini diambil dari seorang penulis buku iaitu Mohd. Yusuf Ahmad dalam buku tulisannya yang bertajuk Sejarah dan Kaedah Pendidikan Al-Quran.

5. Memperbanyakkan program berkaitan Al-Quran seperti menjadikan setiap hari Jumaat sebagai hari membudayakan Al-Quran dengan memperdengarkan bacaan CD Al-Quran di Dataran Pelajar dan kamsis dari bacaan qari-qari yang terkenal, justeru boleh memupuk kesedaran dan minat pelajar terhadap pengamalan pembacaan Al-Quran.

Di samping itu ,dengan mendengar bacaan Al-Quran ini dapat membentuk akhlak dan syakhsiah yang baik kepada pelajar-pelajar dan menjadi benteng terhadap melakukan perkara-perkara yang bertentangan dengan syarak. Menurut kajian yang dilakukan oleh Mohd. Sabri Mamat,

Syed Najmuddin Syed Hussin dan Abd. Halim Tamuri berpendapat bahawa amalan zikir doa dan membaca Al-Quran didapati menyumbang kepada peningkatan kesedaran diri dalam kalangan pelajar. Ibadat-ibadat zikir,doa,membaca Al-Quran dan solat pula menyumbang kepada peningkatan regulasi kendiri. 

KESIMPULAN Secara keseluruhannya analisis pada bahagian A menunjukkan tahap pengamalan pelajar muslim terhadap pembacaan Al-Quran di Politeknik Port Dickson Negeri Sembilan adalah di tahap sederhana. 

Kajian ini menunjukkan responden boleh membaca AlQuran cuma dari sudut pengamalan pembacaan Al-Quran masih di tahap sederhana. Secara keseluruhannya analisis pada bahagian B menunjukkan tahap kesedaran pelajar muslim terhadap pembacaan Al-Quran di Politeknik Port Dickson Negeri Sembilan adalah sangat baik. Majoriti responden telah mempunyai kesedaran tentang pengamalan pembacaan Al-Quran...

kajian penuh boleh ke http://www.polipd.edu.my/v3/sites/default/files/3EduSem12.pdf
HUKUM PEREMPUAN BERPAKAIAN MENAMPAKKAN BENTUK TUBUH DAN HUKUM BAGI ORANG YANG SENGAJA MELIHAT AURAT ORANG LAIN
SOALAN
Apakah hukumnya di sisi Islam bagi orang perempuan berpakaian menampakkan bentuk tubuh dan apakah hukumnya bagi orang yang sengaja melihat aurat orang?
JAWAPAN
Dalam menjawab persoalan ini, saya kemukakan beberapa noktah:
Menampakkan tubuh dengan berpakaian seperti itu tidak dibolehkan dalam Islam kerana melanggar adab berpakaian yang yang sepatutunya longgar bagi perempuan.
Melihat aurat orang lain secara sengaja hukumnya adalah berdosa dengan nas al-Quran dan hadis. Mengikut pendapat yang rajah dan sahih suara perempuan bukanlah aurat. Ia hanya dikira sebagai aurat jika suara berkenaan digunakan untuk perkara yang boleh menarik perhatian kaum lelaki.
Kami menukilkan pendapat Dr. Yusuf al-Qaradhawi dalam kitabnya al-Halal Wa al-Haram Fi al-Islam berkenaan dengan ciri pakaian yang sepatutnya dipakai oleh wanita, antara lain katanya:
*-Pakaian wanita muslimah hendaklah bersopan sebagaimana yang diajarkan oleh Islam. Manakala pakaian ala Islam ialah kesemua pakaian yang terkumpul padanya sifat-sifat ini:
-Pakaian itu hendaklah menutup aurat semua badan wanita keuali apa yang dibolehkan oleh al-Quran dan anggotanya yang ternampak yang menurut qaul yang diberatkan, iaitu wajah dan kedua tapak tangan sahaja.
-Pakaian itu bukan dari jenis yang jarang, sehingga dapat menampakkan apa yang dibelakangnya kerana Nabi SAW bersabda:
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا، قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ، مَائِلاَتٌ رُؤُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ المَائِلَةِ ، لاَ يَدْخُلْنَ الجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا، وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
Riwayat Muslim (2128).
Maksudnya: “Dua golongan termasuk ahli neraka ialah wanita-wanita yang berpakaian separuh bogel (kerana memakai pakaian yang nipis atau yang menampakkan susuk badan), yang berjalan dengan berlenggang lenggok (seperti perjalanan seorang pelacur), yang kepalanya terhuyung-hayang laksana kelana unta yang bergoyang-goyang, wanita-wanita itu tidak akan memasuki syurga, sedangkan bau syurga itu akan tercium dalam jarak sekian dan sekian.”
Ini kerana pakaian wanita itu tidak berfungsi menutup tubuhnya kerana terlalu nipis sehingga ternampak badannya yang berkeadaan seperti dia tidak berpakaian sama sekali.
Satu peristiwa datang serombongan kaum wanita dari suku Bani Tamim untuk menziarahi Saidatina Aisyah RA dengan berpakaian nipis, maka Saidatina Aisyah RA secara terang-terangan berkata kepada mereka: “Jika kamu sekalian dari wanita mukmin iaitu beriman dengan sebebar-benar iman, maka pakaian-pakaian yang kamu pakai ini bukanlah dari pakaian orang yang beriman.”
Dalam peristiwa lain, datang beberapa orang wanita membawa seorang pengantin perempuan yang memakai tudung yang nipis, sehingga kelihatan perhiasan kepalanya, maka Saidatina Aisyah RA berkata: “Wanita yang memakai seperti ini, ialah wanita yang tidak beriman.”
*-Pakaian itu tidak terlalu sempit sehingga melekat pada semua anggota badan, dan kerana itu ternampaklah susuk badan wanita itu, meskipun pakaian itu tidak nipis seperti pakaian moden masa kini. Maka pemakai pakaian seperti ini tidak terlepas dari maksud hadis di atas sebagai wanita-wanita yang separuh bogel bahkan pakaian seperti ini tidak terlepas dari maksud hadis di atas sebagai wanita-wanita yang separuh bogel bahkan pakaian seperti ini lebih mudah memberifitnah kepada pemakaianya.
*-Pakaian itu bukan dibuat khusus untuk kaum lelaki seperti pakaian pantelon atau seluar ketat dan sebagainya yang sudah terkenal pada masa kini, kerana Rasulullah SAW pernah melaknat wanita-wanita yang menyerupai lelaki sebagaimana Baginda melaknat lelaki yang menyerupai wanita. Demikian Baginda melarang wanita memakai pakaian lelaki dan lelaki memakai pakaian wanita.
*-Jangan sampai pakaian itu sudah terkenal sebagai pakaian orang-orang kafir dari kaum Yahudi, kaum Nasrani dan kaum Wathani penyembah api dan berhala kerana keinginan hendak meniru atau menyerupai orang-orang ini sangat dilarang oleh Islam yang mahukan lelaki dan wanitanya berlainan dari mereka dan bebas dalam bentuk dan rupa. Kerana itulah Islam memerintahkan kita supaya bersikap berbeza daripada orang-orang kafir itu dalam banyak hal yang mana disimpulkan oleh Rasulullah SAW:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Maksudnya: “Siapa yang menyerupai sesuatu kaum, maka samalah dia seperti mereka.”
Riwayat Ahmad (8/44), Abu Daud (4031) dan al-Tabarani (8/179)
*-Wanita muslimah hendaklah bersopan santun dalam perjalanannya dan dalam bicaranya menjauhi minat orang dalam segala gerak geri badannya dan penonjolan wajahnya kerana sikapnya bergaya dan menggoda itu adalah tabiat perempuan lacur dan bukan dari tingkah laku wanita muslimah. Firman Allah SWT:

فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلاً مَعْرُوفاً
Maksudnya: Oleh itu janganlah kamu berkata-kata dengan lembut manja (sentiasa bercakap dengan lelaki asing) kerana yang demikian boleh menimbulkan keinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya (menaruh tujuan buruk kepada kamu).
(Surah al-Ahzab: 32)
*-Jangan sekali-kali wanita muslimah itu sengaja menarik perhatian lelaki kepada apa yang disembunyikan dari perhiasan dirinya dengan memakai wangian macam mana sekalipun atau memakai benda-benda yang berbunyi dalam rentak langkah kakinya atau seumpamanya. Allah SWT berfirman:

وَلا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا
Maksudnya: Dan janganlah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa yang tersembunyi dari perhiasan mereka.
(Surah al-Nur: 31)
Pada zaman jahiliah, apabila seseorang wanita itu berjalan dengan menghentak-hentak kaki supaya menarik perhatian orang ramai agar mereka memperdengarkan gelang kakinya, maka perbuatan seperti itu boleh menghidupkan khayalan lelaki yang menyimpan gelora nafsu syahwat yang jahat terhadap wanita itu. Perbuatan seperti itu menunjukkan bahawa wanita itu menyimpan niat buruk untuk menarik dan minat golongan lelaki terhadapnya.
Dalam maksud ini juga, dari segi hukumnya apabila seorang wanita memakai wangian dan bau-bauan yang mengharumkan sesiapa sahaja yang menghidunya untuk membangkitkan nafsu dan menarik perhatian lelaki kepadanya. Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا اسْتَعْطَرَتِ المَرْاةُ فَمَرَّتْ عَلَى الْقَوْمِ لِيَجِدُوا رِيحَهَا فَهِيَ كَذَا وَكَذَا
Maksudnya: “Apabila seseorang wanita itu memakai wangian, lalu dia melintas tempat perkumpulan (lelaki), maka dia begini dan begini..”
Riwayat Abu Daud (4713)
Dan riwayat yang lain menyebut:
كُلُّ عَيْنٍ زَانِيَةٌ وَالمْرَاْةُ إِذَا اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ بِالْمَجْلِسِ فَهِيَ كَذَا وَكَذَا يَعْنِي زَانِيَةً
Maksudnya: “Setiap mata melakukan zina. Apabila wanita memakai wangian, lalu dia melintasi tempat duduk sekumpulan orang lelaki supaya mereka tercium baunya, maka dia samalah seperti wanita pelacur.”
Riwayat al-Tirmizi (2786)
Kesimpulannya, kita tahu bahawa islam tidak memaksa kaum wanita supaya duduk di dalam rumah sahaja dan tidak keluar dari rumahnya melainkan kubur, sebagaimana yang didakwakan oleh sesetengah orang.
Bahkan wanita Islam membenarkan wanita keluar untuk menunaikan solat, mencari ilmu serta memenuhi keperluan dirinya serta kepentingan agama dan dunianya dibolehkan. Sebagaimana contoh, yang dilakukan oleh isteri-isteri para sahabat dan generasi yang akan datang selepas mereka dikira dari sebaik-baik zaman. Di antara mereka, ada yang keluar untuk menyertai kaum lelaki dalam peperangan dalam penaklukan yang dipimpin oleh Rasulullah SAW sendiri berterusan kepada zaman para khalifah yang empat dan pemimpin-pemimpin Islam yang lain. Rasulullah SAW bersabda kepada isterinya Saudah RA:
قَدْ أَذِنَ الله لَكُنَّ أَنْ تَخْرُجْنَ لَحِوَائِجِكُنَّ
Maksudnya: “Sebenarnya Allah telah membenarkan kamu (kaum wanita) keluar untuk memenuhi urusan-urusan kamu.”
Riwayat al-Bukhari (5237)
Dan sabdanya lagi:
إِذَا اسْتأذَنَتْ اِمْرَأَةُ أَحَدِكُمْ إِلَى المَسْجِدِ فَلاَ يَمْنَعَهَا
Maksudnya: “Apabila salah seorang isteri kamu meminta izin pergi ke masjid, maka janganlah melarangnya.”
Riwayat al-Bukhari (5238)
Dan sabdanya lagi:
لاَ تَمْنَعُوْا إِمَاءَ اللهِ مَسَاجِدَ اللهِ
Maksudnya: “Janganlah kamu melarang hamba-hamba Allah (iaitu kaum wanitanya) dari pergi ke rumah-rumah Allah (masjid).”
Riwayat Muslim (442)
Akhukum fillah,
Datuk Dr. Zulkifli bin Mohamad al-Bakri
Mufti Wilayah Persekutuan
03 Zulkaedah 1436H bersamaan 18 Ogos 2015
-Pautan ke laman rasmi, http://www.muftiwp.gov.my/index.php…

Ustaz Dr. Zulkifli Mohamad Al-BakriKupasan soal jawab secara ringkas berhubung adab Whatsapp



ANTARA bentuk kehebatan al-Quran adalah susunan surah dan ayatnya. ALLAH SWT dengan ilmu dan hikmah-Nya menetapkan aturan ayat dan surah, daripada awal sehingga hujung mushaf, Bagi pembaca melalui proses yang akan membawanya kepada pembentukan minda dan jiwa Qurani.

Pergaulan manusia bersama al-Quran bermula dengan Surah Al-Fatihah sebagai pembuka kitab, lantas pembuka hati sanubari kita sendiri, untuk persediaan bagi kita mengenal seluruh isi al-Quran yang seterusnya. Disusuli dengan Surah Al-Baqarah bagi menjelaskan tanggungjawab Muslimin di atas muka bumi.

Surah Ali-’Imran menjelaskan agar berlaku teguh di atas jalan yang lurus. Setelah teguh terisi keperibadian Muslim, Surah An-Nisaa’ menyeru untuk melindungi wanita dan orang yang lemah dengan prinsip keadilan. Begitulah seterusnya setiap susunan surah akan ada tujuan khusus, berkait sambung menyambung sehinggalah ditamatkan dengan Surah An-Nas (manusia), barulah ciri-ciri kemanusiaan Qurani terhasil melalui proses yang terkandung dalam 114 surah al-Quran.

Bagi memaksimumkan interaksi 114 surah yang ada, pakar tafsir dari Jordan, Sheikh Solah Abdul Fatah Al-Khalidy,  menyusun langkah dan fasa bagi bergaul dengan al-Quran. Pergaulan di sini adalah pergaulan jiwa, maka persiapan yang dilakukan adalah persiapan jiwa, bagi mencerap situasi Qurani yang sedang berlaku.

Langkah pertama, seseorang mesti memberi tumpuan terhadap suasana imani dengan menghayati keadaan imani yang akan menghantarnya kepada pemahaman dan perhatian. Seseorang seharusnya sedar dia sedang berinteraksi dengan kitab suci yang diturunkan oleh ALLAH, pemilik langit dan bumi, Tuhan yang menciptakan jiwa manusia yang satu masa nanti akan berdirinya di depan Tuhannya.

Langkah kedua, ialah dengan menumpukan perhatian ketika membaca ayat al-Quran dengan membuka diri menerima makna, hakikat, ketetapan dan isyarat daripadanya.

Langkah ketiga, menelaah tafsir ringkas untuk mengetahui latar belakang, serta tujuan ayat-ayat tertentu bagi membetulkan kefahaman, membaiki kekurangan dan menambah sisi tertentu daripada ilmuwan utama, yang tidak dapat dicapai dengan pemerhatian sendiri.

Langkah terakhir ialah dengan menelaah tafsir panjang yang bertujuan memperluas pembahasan, topik dan pembentangan pengetahuan yang pelbagai. Pendedahan yang sebegini dapat memperkaya maklumat dan bermacam-macam pengetahuan yang dikaitkan dengan pembahasan al-Quran. Untuk itu pembaca perlu membacanya dengan naluri yang kritis dan peka.

Sheikh Solah Abdul Fattah berkata, jika pembaca mencampur adukkan fasa ini dan mengacau bilaukan susunan langkah ini, pembaca akan bingung dan terhalang daripada anugerah al-Quran Al-Karim.


Pergaulan hati dengan Quran

Tidak ada jalan pintas bagi memahami kitab ALLAH, namun ada jalan terdekat yang dibukakan untuk kita. Jalan itu adalah seperti yang dikatakan Imam Hassan Al-Banna ialah 'hatimu'.

"Hatimu," kata Imam Hassan Al-Banna, kerana hati mukmin tidak syak lagi adalah sebaik tafsir bagi kitab ALLAH. Dan jalan pemahaman paling dekat; hendaknya pembaca membaca dengan penuh perhatian dan khusyuk, memohon petunjuk dan kebenaran, menumpukan pemikirannya apabila membaca. Dan di samping itu hendaklah dia mengetahui sejarah nabi, memerhatikan sebabnya turunnya wahyu, dan hubungannya dengan bahagian sejarah ini.

Dengan demikian dia akan mendapat bantuan yang besar bagi pemahaman yang sahih lagi tepat. Dan setelah itu dia membaca kitab tafsir lain, maka itu hanyalah untuk mengetahui erti suatu lafaz yang sukar baginya. Atau susunan ayat yang tidak diketahui ertinya, atau untuk menambah pengetahuan yang membantunya dalam memahami kitab ALLAH dengan benar. Jadi dengan demikian ia adalah pembantu memahami  dan pemahaman selepas itu adalah pancaran yang cahayanya menembus ke dalam lubuk hati." (Mukaddimah Tafsir Al-Quran, Imam Hassan Al-Banna)


Bersyukur dengan Quran

Pesan salah seorang pembentang Seminar Nikmatnya Menghafal Dan Bertadabbur Quran pada 14 Jun lepas, Ustaz Deden, sudah menjadi fitrah manusia yang bersih terpesona kepada sesuatu yang indah dan menyentuh hati. Al-Quran adalah firman ALLAH Yang Maha Agung, Maha Suci, Maha Indah dan Maha Besar. Jika hati manusia senang dan mudah terpaut dengan kecantikan bunga dan keindahan alam, maka akan lebih tersentuh lagi oleh keindahan al-Quran.

Ketika menerima nikmat, kita bersyukur. Ketika menerima ujian, kita bersabar. Menghafal al-Quran tidak perlu bersabar kerana ia bukannya musibah. Kita hanya perlu bersyukur. Ketika menghafal, kita sedang mengecap nikmat al-Quran. Lalu menghafal dengan syukur, kita akan melakukan pecutan demi pecutan kerana orang yang bersyukur memang akan ditambah nikmat ALLAH.

Seminar turut diserikan dengan dua pembentang utama iaitu Ustaz Bachtiar Nasir dan Dr Abdul Basit Abdul Rahman.

Maklum balas diterima daripada peserta memberangsangkan lebih-lebih lagi peserta diajar cara yang betul untuk bertadabur al-Quran.

Al-Quran adalah zikir terindah, al-Quranlah yang lebih sesuai menenangkan hati manusia. Hati yang luluh mendengar al-Quran lebih mudah untuk membacanya, mengulanginya, menghafal dan mentadaburnya tanpa bosan serta dapat mempengaruhi kualiti kehidupan.

Pesan pembentang, biarkan al-Quran mengalir secara semula jadi ke dalam diri, jangan dipaksa dan jangan terburu-buru. Kenikmatan interaksi bersama al-Quran hanya dapat diperoleh melalui cara bertadabur ayat demi ayat sehingga maknanya meresap ke dalam diri. Bahkan generasi awal sahabat, ada yang hanya membaca satu ayat dalam solat malam berulang-ulang sehingga ke subuh esoknya kerana penghayatan yang amat mendalam.

Cukuplah bersyukur kerana memiliki hati yang hidup sebagai pancaindera memahami dan menghafal al-Quran, juga mensyukuri nikmat pandangan dan pendengaran, dengan anugerah pancaindera ini, al-Quran memang 

sumber:www.sinarharian.com.my


Wudhu adalah salah satu cara mensucikan anggota tubuh dengan air. Seorang muslim diwajibkan bersuci setiap akan melaksanakan shalat. Berwudhu bisa pula menggunakan debu yang disebut dengan tayammum.
Air yang boleh digunakan untuk berwudhu :
Air hujan
Air sumur
Air terjun, laut atau sungai
Air dari lelehan salju atau es batu
Air dari tangki besar atau kolam
Yang mendasari Wudhu adalah :

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku dan sapulah kepalamu serta basuhlah kedua kakimu sampai mata kaki.” (Q.S. Al-Maidah : 6).

Memulai wudhu’ dengan niat.

Ibnu Taimiyah berkata: “Menurut kesepakatan para imam kaum muslimin, tempat niat itu di hati bukan lisan dalam semua masalah ibadah, baik bersuci, shalat, zakat, puasa, haji, memerdekakan budak, berjihad dan lainnya. Karena niat adalah kesengajaan dan kesungguhan dalam hati.” (Majmu’atu ar-Rasaaili al-Kubra, I/243)
Maka sah bila kita hanya mengucapkan niat hanya dalam hati saja.

Tasmiyah (membaca Bismillah)

Beliau memerintahkan membaca bismillah saat memulai wudhu’.
Beliau bersabda:
Tidak sah/sempurna wudhu’ sesorang jika tidak menyebut nama Allah, (yakni bismillah) (HR. Ibnu Majah, 339; Tirmidzi, 26; Abu Dawud, 101. Hadits ini Shahih, lihat Shahih Jami’u ash-Shaghir, no. 744).
Lafazh Bismillah disini adalah “Bismillah“, bukan “Bismillahir rohmaanir rohiim”

Mencuci kedua telapak tangan

Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencuci kedua telapak tangan saat berwudhu’ sebanyak tiga kali. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga membolehkan mengambil air dari bejana dengan telapak tangan lalu mencuci kedua telapak tangan itu. (HR. Bukhari-Muslim)

Berkumur-kumur dan menghirup air ke hidung

Yaitu mengambil air sepenuh telapak tangan kanan lalu memasukkan air kedalam hidung dengan cara menghirupnya dengan sekali nafas sampai air itu masuk ke dalam hidung yang paling ujung, kemudian menyemburkannya dengan cara memencet hidung dengan tangan kiri. Beliau melakukan perbuatan ini dengan tiga kali cidukan air. (HR. Bukhari-Muslim. Abu Dawud no. 140)

Membasuh muka

Yakni mengalirkan air keseluruh bagian muka. Batas muka itu adalah dari tumbuhnya rambut di kening sampai jenggot dan dagu, dan kedua pipi hingga pinggir telinga. Sedangkan Allah memerintahkan kita:
”Dan basuhlah muka-muka kamu.” (Al-Maidah: 6)

Membasuh kedua tangan sampai siku

Menyiram air pada tangan sampai membasahi kedua siku, Allah swt berfirman:

”Dan bashlah tangan-tanganmu sampai siku” (Al-Maaidah: 6)
Rasulullah membasuh tangannya yang kanan sampai melewati sikunya, dilakukan tiga kali, dan yang kiri demikian pula, Rasulullah mengalirkan air dari sikunya (Bukhari-Muslim, HR. Daraquthni, I/15, Baihaqz, I/56)

Mengusap kepada, telinga dan sorban

Mengusap kepala, haruslah dibedakan dengan mengusap dahi atau sebagian kepala. Sebab Allah swt memerintahkan:
”Dan usaplah kepala-kepala kalian…” (Al-Maidah: 6).

Rasulullah mencontohkan tentang caranya mengusap kepala, yaitu dengan kedua telapak tangannya yang telah dibasahkan dengan air, lalu ia menjalankan kedua tangannya mulai dari bagian depan kepalanya ke belakangnya tengkuknya kemudian mengambalikan lagi ke depan kepalanya. (HSR. Bukhari, Muslim, no. 235 dan Tirmidzi no. 28 lih. Fathul Baari, I/251)

Setelah itu tanpa mengambil air baru Rasulullah langsung mengusap kedua telingannya. Dengan cara memasukkan jari telunjuk ke dalam telinga, kemudian ibu jari mengusap-usap kedua daun telinga. Karena Rasulullah bersabda: ”Dua telinga itu termasuk kepala.” (HSR. Tirmidzi, no. 37, Ibnu Majah, no. 442 dan 444, Abu Dawud no. 134 dan 135, Nasa’i no. 140)
Adapun Kerudung, jilbab bagi wanita, maka dibolehkan untuk mengusap diatasnya, karena ummu Salamah (salah satu isteri Nabi) pernah mengusap jilbabnya, hal ini disebutkan oleh Ibnu Mundzir. (Lihat al-Mughni, I/312 atau I/383-384).

Membasuh kedua kaki sampai kedua mata kaki

Allah swt berfirman:

”Dan basuhlah kaki-kakimu hingga dua mata kaki” (Al-Maidah: 6)

Rasulullah menyuruh umatnya agar berhati-hati dalam membasuh kaki, karena kaki yang tidak sempurna cara membasuhnya akan terkena ancaman neraka, sebagaimana beliau mengistilahkannya dengan tumit-tumit neraka. Beliau memerintahkan agar membasuh kaki sampai kena mata kaki bahkan beliau mencontohkan sampai membasahi betisnya. Beliau mendahulukan kaki kanan dibasuh hingga tiga kali kemudian kaki kiri juga demikian. Saat membasuh kaki Rasulullah menggosok-gosokan jari kelingkingnya pada sela-sela jari kaki. (HSR. Bukhari; Fathul Baari, I/232 dan Muslim, I/149, 3/128)

Tertib

Semua tata cara wudhu’ tersebut dilakukan dengan tertib (berurutan) muwalat (menyegerakan dengan basuhan berikutnya) dan disunahkan tayaamun (mendahulukan yang kanan atas yang kiri) [Bukhari-Muslim]
Dalam penggunaan air hendaknya secukupnya dan tidak berlebihan, sebab Rasulullah pernah mengerjakan dengan sekali basuhan, dua kali basuhan atau tiga kali basuhan [Bukhari]

Fardhu (Rukun) Wudhu ada 6:
Niat (ketika membasuh muka)
Lafal niat wudhu adalah:
NAWAITUL WUDHUU'A LIRAF'IL HADATSIL ASHGHARI FARDHAN LILLAAHI TA'AALAA.
Artinya:
"Aku niat berwudhu untuk menghilangkan hadast kecil, fardhu karena Allah Ta'ala."
Membasuh muka (mulai dari tempat tumbuhnya rambut kepala bagian atas sampai bawah dagu, dan telinga kanan sampai telinga kiri).
Membasuh kedua tangan samapi siku (siku juga harus di basuh), termasuk yang di bawah kuku.
Mengusap sebagian kepala atau rambut kepala (walau hanya selebar ubun-ubun).
Membasuh kedua telapak kaki sampai mata kaki (mata kaki juga harus dibasuh).
Tertib (teratur), yakni sesuai dengan urutan di atas, tidak boleh di acak.
Note: Membasuh adalah mengalirkan air pada anggota tubuh yang di basuh. Mengusap adalah mengusapkan tangan atau sesuatu yang basah pada anggota yang diusap walaupun tanpa aliran air).

Doa setelah berwudhu yang lebih lengkap :

9- BACAAN SETELAH WUDHU
أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ, اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِي مِنَ اْلمُتَطَهِّرِيْنَ وَاجْعَلْنِي مِنْ عِبَادِكَ

Ada seorang yang membaca Al-Qur'an...

Tetapi dia tidak dapat menghafalnya walaupun sedikit. 

Maka, anaknya yang kecil bertanya: "Apa faedah baca Al-Qur'an tanpa menghafalnya sedikitpun?!"

Jawab ayah: "Aku akan beritahu kepadamu sebentar lagi apabila kau penuhkan bakul jerami ini dengan air laut bawa kepadaku."

Kata anak: "Mustahil ia penuh."

Jawab ayah: "Cubalah dulu."

Bakul jerami itu digunakan untuk memindahkan arang. Maka budak itu mengambilnya dan menuju ke laut, lalu cuba memenuhkannya dan terus pergi kepada ayahnya dengan cepat.

Tetapi, airnya telah kering lalu ia berkata kepada ayahnya: "Tidak ada faedah saya mengisinya."

Ayahnya menjawab: "Cuba lagi kali kedua!"

Maka budak itu melakukannya, tetapi masih tidak berjaya untuk membawa air kepada ayahnya. Dia mencuba lagi kali ketiga, keempat dan kelima tetapi tiada faedah kerana air tidak dapat dipenuhkan.

Budak itu berasa sangat letih dan berkata kepada ayahnya: "Tidak mungkin saya dapat memenuhkan bakul jerami ini dengan air."

Kata ayah kepada anaknya: "Adakah engkau lihat sesuatu yang berlaku kepada bakul jerami?"

Budak itu terkejut dan menjawab: "Ya ayah. Asalnya bakul jerami itu kotor dengan bekas-bekas arang, sekarang telah bersih sepenuhnya."

Maka, berkata sang ayah kepada anaknya: "Ini adalah sempurna apa yang dilakukan Al-Qur'an kepadamu. Dunia dan segala amalannya telah memenuhi hatimu dengan segala kekotorannya, dan Al-Qur'an seperti air laut yang membersihkan hatimu walaupun engkau tidak menghafal sedikitpun ayatnya..."

Sucikan hatimu, dengan berzikir dan mengingati Allah...

Teks asalnya:

كان هناك رجل يقرأ القرآن ولكن لا يحفظ منه شيئا.
فسأله ابنه الصغير ما الفائدة من قرائتك دون ان تحفظ منه شيئا ؟!
فقال سأخبرك لاحقا اذا ملأت سلة القش هذه ماءً من البحر
فقال الولد مستحيل ان املأها فقال له جرب ،
كانت السلة تستخدم لنقل الفحم ، فأخذها الصبي واتجه الى البحر وحاول ملئها واتجه بسرعة الى ابيه
ولكن الماء تسرب منها فقال لأبيه لا فائدة فقال الاب جرب ثانية!
ففعل فلم ينجح باحضار الماء وجرب ثالثة ورابعة وخامسة دون جدوى
فاعتراه التعب وقال لأبيه لايمكن ان نملأها بالماء!
فقال الاب لابنه الم تلاحظ شيئا على السلة؟!
هنا تنبه الصبي فقال نعم يا ابي كانت متسخة من بقايا الفحم والان نظيفة تماما
فقال الاب لابنه وهذا تماما ما يفعله القرآن بقلبك
فالدنيا واعمالها قد تملأ قلبك باوساخها والقرآن كماء البحر
يجلي صدرك حتى لو لم تحفظ منه شيئا !
طابت حياتكم ... بذكر الله

Biografi al Imam Abdullah bin Alwi al Haddad

Gambar Kredit : Al Fanshuri

Nama, nasab dan kelahirannya:

Beliau adalah Abdullah bin Alwi bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Alwi bin Ahmad[1] bin Abu Bakar bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad Al-Faqih bin Abdurrahman bin Alwi[2] bin Muhammad[3], bin Ali[4] bin Alwi bin Muhammad bin Alwi[5] bin Ubaidillah bin Ahmad[6] bin isa[7] bin Muhammad[8] bin Ali[9] bin Jaafar Al-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainul Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib dan juga putra Fathimah binti Rasulillah Muhammad .

Gambar Kredit: Haidariya

Dilahirkan pada hari Isnin 5 Safar 1044H di Subair (sebuah perkampungan di pinggir bandar Tarim – Hadramaut). Di masa kecilnya beliau dijangkiti penyakit campak, lalu beliau buta kerananya. Akan tetapi ALLAH  telah menggantikan untuknya cahaya pada hatinya untuk melihat, serta kebersihan jiwanya.

Latar Belakang Pendidikan


Gambar Kredit: Al Aman


Imam Al-Haddad tumbuh dalam penjagaan kedua ibubapanya, iaitu Habib Alwi bin Muhammad AlHaddad, seorang yang soleh lagi dikenali dengan ketaqwaanya. Ibunya yang bernama Syarifah Salma binti Idrus bin Ahmad Al Habshee, seorang wanita solehah.
Imam Al-Haddad membesar dalam lingkungan keluarga yang baik, dimasa kecilnya beliau menyibukkan diri untuk menghafal Al-Qur’an, dan bermujahadah untuk mencari ilmu, sehingga berjaya mendahului rakan-rakannya. Bahkan dengan kegigihannya dalam mencari ilmu, beliau berjaya mendahului sebahagian guru-guru beliau, sehingga sebahagian daripada mereka menjadi murid setelah sebelumnya menjadi guru.
Salah seorang daripada mereka adalah Sheikh Bajubair, dimana imam Al Haddad telah berguru kepada Sheikh Bajubair dalam ilmu Fiqh, dan telah belajar kitab Al Minhaj (kitab Fiqh madzham Imam Syafi’i). Sheikh Bajubair merantau ke negeri India, setelah beberapa lama berada disana, lalu kemudian beliau kembali ke Hadramaut dan belajar kepada Imam Al-Haddad kitab Ihya’ululmuddin. Hal ini menunjukkan akan keluasan ilmu Imam Al-Haddad yang di berikan Oleh Allah  kepadanya sesuai dengan firmanNya:

وَعَلَّمْنَاهُ مِن لَّدُنَّا عِلْماً الكهف: ٦٥

Dan Kami telah ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami

وَاتَّقُواْ اللّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللّهُ البقرة: ٢٨٢

Dan takutlah kepada Allah, dan Allah mengajarkanmu

Ahli keluarga Imam Al Haddad


Gambar Kredit : Ted Chang

Ayah beliau bernama Habib Alwi bin Muhammad Al-Haddad, seorang yang soleh yang tergolong dalam golongan Al’Arifin. Imam Al-Haddad sendiri pernah berkata: “sesungguhnya ayahku ini suci dan mensucikan”. Sakit menimpa ayahanda Imam Al-Haddad sehingga beliau wafat pada malam Isnin awal bulan rajab setelah mengucap kalimah لا إله إلا الله .
Setelah 5 hari ayahanda Imam Al-Haddad meninggal dunia, ibu beliau Syarifah Salma sakit selama lebih kurang 20 hari, lalu kemudian meninggal dunia setelah mengucap syahadah pada hari Rabu 24 Rajab 1072 H, bertepatan pada waktu Dhuha.
Berkata Imam Al-Haddad : “Aku memuji dan bersyukur kepada ALLAH , oleh kerana mereka berdua (yakni kedua ibu bapanya) meninggal dunia dalam keadaan yang diredhai, di zaman yang penuh dengan fitnah, sementara mereka berdua telah wafat dalam keadaan yang baik dan memberikan berita gembira, iaitu keselamatan”.
Imam Al-Haddad mempunyai 3 orang saudara, mereka adalah: Omar, Ali, dan Hamid. Beliau kerap menulis surat kepada mereka yang dipenuhi dengan nasihat-nasihat dan pengajaran-pengajaran. Akan tetapi, surat-menyurat beliau kepada Hamid (saudaranya) lebih kerap, hal ini mungkin di sebabkan oleh kerana jauhnya jarak antara mereka berdua, oleh kerana beliau (Habib Hamid) tinggal di India dan meninggal dunia di sana pada 1107H. Dari isi kandungan surat-surat itu tampak satu pertalian hubungan persaudaraan yang menggambarkan akan kesungguhan kasih sayang dan kecintaan di antara mereka.
Imam Al-Haddad mempunyai 6 orang anak lelaki, mereka adalah: Hasan, Alwi, Muhammad, Salim, Husain, dan Zain.
Beliau seorang ayah yang penyayang terhadap anak-anaknya, beliau memberikan gelaran-gelaran terhadap mereka. Seperti gelaran Ameer (pemimpin) untuk Husain, Sholeh (orang yang banyak amal ibadahnya) untuk Alwi, Hakim (sifat bijaksana) untuk Hasan, dan sheikh (guru besar) untuk zain. Berkata imam Al-Haddad tentang anaknya Muhammad:
“sesungguhnya anakku Muhammad telah mendapat derajat wilayah yang sempurna”.
Sehingga dengan demikian beliau dipilih untuk menggantikan ayahandanya di dalam pehubungan antara kabilah-kabilah untuk mendamaikan antara puak-puak yang berselisih. Contohnya beliau berjaya memadamkan api peperangan antara 2 kabilah yang berselisih, dengan menikah dengan kabilah Aal Bakatsir ( keluarga Bakatsir) demi mempererat hubungan antara kabilah-kabilah yang bersenjata. Beliau meninggal dunia di Dzamar.

Gambar Kredit : flickrhivemind.net
Adapun Hasan dan Alwi dikenali dengan keilmuannya, dan mereka menggantikan kedudukan ayahanda mereka dalam tugasan mengajar ilmu-ilmu, dan memberi makan fakir miskin, menerima tetamu-tetamu asing ataupun tetamu-tetamu khas yang datang dari luar. Imam Al-Haddad pernah berdoa untuk anaknya Hasan: “Hasan (ertinya yang baik. Pent.) semoga ALLAH membaikkan di belakangmu”. Dengan doa itu beliau mempunyai dzuriat yang baik dan banyak dari kalangan ulama. Beliau (Hasan) meninggal dunia di Tarim pada tahun 1188H, adapaun Alwi meninggal dunia di Mekkah setelah menunaikan ibadah haji, dan di kebumikan berhampiran dengan kubur Siti Khadijah R.A pada tahun 1153H.
Zain telah berhijrah ke Iraq setelah ayahandanya meninggal dunia, beliau sangat dihormati di negeri itu di sebabkan oleh kerana pengaruh ayahandanya yang begitu luas sehingga ke negeri Iraq. Beliau meninggal dunia di negeri Oman bertepatan dengan perkampungan Sheer, pada tahun 1157H.
Adapun Salim, beliau menetap di negeri Misyqash dan mempunyai dzuriat di sana, lalu kemudian kembali ke kampung halamannya Tarim dan meninggal dunia di sana pada tahun 1165 H. Sementara Husain, sakit menimpa beliau, lalu beliau meninggal dunia kerana sakit.
. .Dzuriyat Imam Al-Haddad tersebar di serata dunia, baik di Hadramaut (tanah airnya) ataupun di negara lain, seperti Saudi Arabiya, Negara-negara teluk, Malaysia, Indonesia, Singapura, India, dll. Sebagaimana dikatakan bahawa : ALLAH  telah memberi keberkatan kepada Imam Al-Haddad melalui anak muridnya, anak keturunannya dan kitab-kitabnya.
Semoga ALLAH  mengekalkan dan memelihara keberkatan ini pada kitab-kitab dan keturunannya, serta memelihara mereka untuk berjalan mengikut datuk mereka, dan menjadikan mereka sebaik-baik penerus kepada pendahulu mereka. Berkata Imam Al-Haddad:
“Kami akan berjalan di atas landasan dan garisan nabi Muhammad , dan landasan para salaf (pendahulu kami) sedaya upaya kami. Sungguh yang ternampak dari kami adalah penyebaran ilmu, bukan untuk menampakkan perkara yang lain”.
Firman Allah:

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ

وَمَا أَلَتْنَاهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ

الطور: ٢١

Orang-orang yang beriman dan di ikuti oleh anak cucunya ( keturunannya) dengan keiamanan, Kami perhubungkan ( kumpulkan) kepada mereka anak cucunya itu, dan tidaklah kami kurangkan pahala amalan mereka sedikitpun, setiap manusia tergadai ( terikat) oleh usahanya masing-masing.

Guru-guru Imam Al Haddad



Telah dicatitkan bahawa, jumlah bilangan guru-guru Imam Al-Haddad melebihi 140 guru, beliau telah mengambil ilmu dan bertalaqi daripada mereka. Terutama sekali adalah: Habib Abdurrahman bin Shkeikh Maula ‘Aidid, Habib Omar bin Abdurrahman Al-‘Attas, Habib Sahl bin Muhammad Ba Hasan, Habib Aqil bin Abdurrahman bin Aqil Al-Seggaf, dan juga Habib Muhammad bin Alwi Al-Seggaf ( yg tinggal di Mekkah) dll.

Murid-murid Imam Al Haddad



Murid-murid utama Imam Al Haddad adalah terdiri dari ahli keluarganya sendiri, terutama anak-anak beliau. Adapun dari selain ahli keluarga beliau mereka adalah: Habib Ahmad bin Zain Al Habshi, Habib Muhammad bin Zain bin Semait, Habib Omar bin Zain bin Semait, Habib Omar bin Abdurrahman Al Baar, Habib Abdurrahman bin Andullah Ba Al-Faqih, Habib Muhammad bin Omar bin Taha Al-Seggaf, dll.

Al-Hawi yang di berkati

Al-Hawi adalah sebuah kawasan yang berjiran dengan bandar Tarim, Imam Al Haddad menetap disana ( Al-Hawi) pada tahun 1099H. Syed Muhammad bin Ahmad Al-Syathiri –Sejarawan dari hadramaut- berkata : ”sesungguhnya Habib Abdullah Al-Haddad mendirikan Al-Hawi semata-mata untuk mempunyai tapak yang berdiri sendiri untuknya dan ahli keluarganya serta para pengikutnya, dan tidak tertakluk kepada pentadbiran Qadi Tarim pada masa itu. Ia merupakan tempat yang strategi untuk mendapatkan segala yang baik daripada Tarim, dan kawasan yang terlindung dari segala fitnah dan kejahatan dari tempat itu. Dengan demikian Al-Hawi menjadi kawasan yang selamat lagi dihormati.
Imam Al-Haddad membangun rumahnya di Al-Hawi pada tahun 1074H, lalu berpindah pada tahun 1099H. Beliau membangun masjidnya berhampiran dengan rumahnya, dan mengajar di sana selepas solat asar setiap hari, dan pagi hari kamis dan isnin, serta Hadrah pada setiap malam Jum’at selepas solat Isya’. Maka dengan pelbagai aktiviti, Al-Hawi menjadi tumpuan kepada para ulama’, dan orang-orang soleh, serta tempat perlindungan bagi kaum fakir miskin, dan merupakan zone selamat, aman, dan tenteram.

Haji dan Ziarahnya


Gambar Hiasan: Mekah pada satu masa dahulu. Gambar Kredit : Love Madina
Pada tahun 1079H, Imam Al-Haddad telah berangkat untuk menunaikan ibadah haji. Setelah sampai di Mekkah, ramai penduduk Mekkah yang menyambut kedatangan Imam Al-Haddad, dan beliau tinggal di rumah Sheikh Husain Ba Fadal, beliaulah yang melayan sendiri kepada Imam al Al-Haddad. Imam Al-Haddad menceritakan keberadaannya dirumah sheikh Husain Ba Fadal, beliau berkata:
“Sesungguhnya Sheikh Husain berkata: Aku mempunyai dua lautan di mana aku mengambil dari keduanya, yang pertama adalah lautan zahir, iaitu Sheikh Ahmad Al-Qusyasyi, yang kedua : lautan batin, iaitu Syed Muhammad bin Alwi Al-Seggaf. Dan ALLAH  telah mengumpulkan kedua lautan itu padamu untukku”.


Gambar Hiasan : Wukuf di arafah pada zaman dahulu . Gambar Kredit: Seri Kepayang
Pada tahun itu, wuquf di Arafah jatuh pada hari Jum’at, ramai penduduk Mekkah pada ketika itu yang datang kepadanya.
Ketika beliau sedang duduk di sebelah Hijir Isma’il beliau didatangi oleh Syarif Barakaat bin Muhammad, lalu meminta doa kepadanya agar permintaanya di kabulkan oleh Allah (tanpa memberitahu apakah hajatnya itu), maka Imam Al Haddad mendoakan untuknya. Ketika Syarif Barakaat pergi, Imam Al-Haddad bertanya : siapakah dia itu? Beliau diberitahu kalau dia adalah salah seorang besar di Mekkah. Lalu Imam Al-Haddad berkata: dia meminta untuk menjadi raja di Mekkah, dan ALLAH telah mengabulkan permintaanya. Syarif Barakaat di lantik menjadi pemimpin di Hijaz pada tahun 1082H.


Gambar Hiasan: Madinah AL Munawwarah pada satu masa dahulu. Gambar Kredit: 123Muslim

Pada hari Jum’at 1 Muharram 1080H, bertepatan dengan masuknya waktu solat fajar, Imam Al-Haddad telah di pelawa untuk menjadi Imam pada solat subuh di masjidil haram di Mekkah. Beliau membaca surah Al-Sajadah dan surat Al-Insan.
Imam Al-Haddad melangsungkan perjalanannya menuju kota Madinah Al Munawwarah. Telah diceritakan bahawa, beliau tidak tidur dalam perjalanan beliau menuju kota Madinah kecuali sedikit sekali, di sebabkan kerinduan yang mendalam di dalam hatinya. Beliau mengungkapkan akan kerinduannya itu dalam syairnya:

يَلذّ لَناَ أنْ لاَ يلذّ لنا الكَرَى # لمّا خَالطَ الأرْوَاحَ مِنْ خَالِص الْحُبِّ
Sungguh kami merasakan kenikmatan dimana kami tidak meraza nikmat dengan tidur, Ketika kemurnian cinta telah menyatu dengan ruh
Ketika beliau menghampiri kota Madinah, beliau dapat mencium bau wangi serta merasakan adanya cahaya yang bersinar. Beliau mengungkapkan dalam syairnya:
فلما بلغـنا طيـبة وربـوعهـا # شممنا شذى يزري بعرف العنابر
وأشرقت الأنوار من كل جانـب # ولاح السنا من خير كل المقابر
مع الفجر وصلنا وافينا المدينة طاب من # صباح علينا بالسعادة سافر
Ketika kami sampai di Thaibah (Madinah), kami mencium bau sangat wangi, mengalahkan wangian-wangian anbar
Cahaya menyinari segala penjuru, cahaya itu bersinar melalui kubur sebaik-baik manusia
Bersamaan dengan waktu fajar, kami sampai ke Madinah, sungguh indah pagi itu bagi kami dengan kebahagiaan
Beliau tinggal di rumah Syed Omar Ameen Al-Mahdali.

Buku-buku Imam Al Haddad


Gambar Kredit: JohoBaru
Keistimewaan karya-karya Imam Al-Haddad adalah mudah difahami oleh semua kalangan, mengikut kefahaman masing-masing. Sehingga buku-buku beliau telah dicetak beberapa kali dan sudah diterjemahkan kepada beberapa bahasa. Di antara karangan-karangan beliau adalah:
1. 10 رسالة المذاكرة
2. آداب سلوك المريد
3. اتحاف السائل بأجوبة المسائل
4. النصائح الدينية والوصايا الإيماني11
5. رسالة المعاونة والمظاهرة والمؤازرة12
6. سبيل الادكار والاعتبار بما يمرّ بالإنسان من الأعمار
7. الدعوةالتامة والتذكرة العامة
8. الفصول العلمية والأصول الحكمية
9. النفائس العلوية في المسائل الصوفية
10. الحكم 13
11.المكاتبات 14
12.تثبيت الفؤاد بذكر مجالس القطب عبد الله الحداد
13. الدر المنظوم لذوي العقول والفهوم

Kata-kata Hikmah Imam Al Haddad


Gambar Kredit: Windows2Universe
  1. Orang yang tidur boleh di kejutkan, orang yang lalai boleh di ingatkan, barang siapa yang tiada bermanfaat untuknya bila dikejutkan atau diingatkan maka sesungguhnya dia itu adalah orang mati dan kamu tidak dapat memperdengarkan kepada orang yang sudah berada dalam kubur.
  2. Kami tiada mendapati segala kebaikan melainkan berada dalam ilmu, kalau bukan kerana ilmu maka seorang hamba tidak kenal akan Tuhannya, dan tidak tahu bagaimana menyembah kepadaNYA.
  3. Ketaatan yang shohih akan terpelihara dengan memelihara 3 dasar:
    1. Cinta kepada Tuhan, iaitu dengan bertafakkur akan tanda-tanda kebesaran ALLAH, dan nikmat yang telah diberikan, serta membiasakan diri dalam berdzikir.
    2. Meninggalkan semua yang menyibukkan dari mengingati ALLAH. Yang demikian itu dapat dicapai dengan meninggalkan segala dosa dan bercampur dengan manusia kecuali sebatas keperluan sahaja, iaitu apa-apa yang bila dilakukan akan mendatangkan pahala, dan bila di tinggalkan akan mendatangkan dosa.
    3. Melazimkan diri berada di dalam apa-apa yang dapat mendekatkan diri kepadaNYA. Kesempurnaanya adalah meninggalkan segala yang haram, melakukan segala yang wajib, memperbanyak amalan yang sunnah.

Akhlak dan Budi Pekertinya

Imam Al-Haddad mempunyai akhlak dan budi pekerti yang luhur sebagaimana perkara itu menjadi pujian kepada Rasulullah . Firman Allah  :
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
القلم: ٤
Dan sesungguhnya engkau ( Muhammad) mempunyai akhlakyang mulia.
Beliau suka memberi maaf kepada sesiapa yang bersalah, suka menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah kemungkaran, sebagai tanda meneladani penghulu seluruh manusia Rasulullah  yang telah bersabda:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن
كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً
الأحزاب: ٢١
Sesungguhnya pada rasulullah ( Muhammad ) ada ikutan yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang yang mengharapkan ( pahala) Allah dan hari kemudian, serta dia banyak mengingati Allah.
Imam Al-Syili berkata (dalam kitab Al-Masyra’ Al-Rawiy) : Beliau (Imam Al-Haddad) mempunyai sifat lemah-lembut, pemaaf, membalas dengan kebaikan, tidak besifat pendendam, dan bersifat bersih hati kepada orang yang bersikap kasar kepadanya. Dengan demikian beliau menjadi contoh yang baik dalam perkataan dan perbuatannya, dan teladan yang agung dalam akhlak dan budi pekerti Rasulullah . Beliau mempunyai semangat yang tinggi keazaman yang kuat dalam berpegang teguh kepada agama. Beliau seorang yang bersifat pemurah, ringan dalam memberi, sangat menghormati tetamu. Beliau berkata:
“Sesungguhnya aku ingin berada dalam segala keadaan dimana tiada dalam perasaanku hasad dan dengki kepada seorangpun”.
Beliau seorang yang bersifat zuhud, dan tidak mengharapkan pemberian dari sesiapapun. Sesorang datang kepada Rasulullah , lalu berkata: Ya Rasulullah! Tunjukkan kepadaku satu amalan yang bila aku lakukan, aku di cintai Allah dan di cintai manusia, Rasulullah  bersabda:
اِزْهَدْ فيِ الدُّنْيَا يُحِبُّكَ اللهُ وَازْهَدْ فِيْمَا فيِ أيْدِي النَّاسِ يُحِبُّوْكَ
Hidup dalam keadaan zuhud akan dunia, maka Allah sayang kepadamu, dan hidup dalam keadaan zuhud akan apa yang di miliki oleh manusia, maka manusia akan sayang kepadamu. ( ibnu Majah)
Imam Al-Haddad berkata: “Tiga perkara anugerah dari ALLAH  untuk kami: sedikit dalam kecederungan kepada dunia, sedikit dalam kepedulian kepadanya, dan sedikit dalam ketergantungan kepada manusia”.
Beliau juga berkata: “Harta kami dan apa yang kami miliki adalah untuk kami berikan kepada fakir miskin dan orang-yang memerlukan bantuan”.
Beliau seorang penyabar, mampu menahan marah, tidak mendendam, pemaaf akan kesalahan orang lain. Beliau berkata: “Adapun kesalahan-kesalahan keatas hak-hak kami kami sudah memaafkan, akan tetapi dosa-dosa keatas hak-hak ALLAH  maka kami tak dapat membiarkannya”.
Beliau juga pernah berkata: “Kami mendengar bahawa ada orang-orang yang makan makanan kami, akan tetapi mereka memaki kami di belakang, kami tidak tersentuh sedikitpun, dan kami tidak marah akan sikap mereka itu, bahkan kami mendoakan mereka .

Gambar Hiasan: The Yemeni ornamental knife – “Jambiya”. Gambar Kredit: Dominic Sansoni

Beliau juga seorang penyantun kepada sesiapa yang tidak sopan kepaanya. Satu hari seorang ayah memberikan kepada anaknya sebilah pisau, lalu berkata: Bawalah pisau ini kepada Al-Haddad (tukang besi), dan katakan kepadanya: ayahku berpesan untuk kamu menajamkan pisau ini. Anak itu tidak mengetahui akan Al-Haddad (tukang besi) itu, yang dia tahu adalah Imam Abdullah yang bergelar Al-Haddad, maka anak itu datang membawa sebilah pisau kepada Imam Al-Haddad, sementara beliau sedang berada dalam majlis, lalu anak itu berkata: ayahku berpesan agar kamu menajamkan pisau ini. Maka Imam Al Haddad mengambil pisau itu, seraya berkata: datanglah kamu esok hari, kamu akan dapati pisau ini sudah diasah dan tajam. Anak itu pun pergi, dan Imam Al-haddad menyuruh salah seorang untuk membawa pisau itu kepada Al-haddad (tukang besi) untuk menajankannya. Oleh kerana yang demikian beliau di kenali sebagai Haddadul Quluub (penajam hati).

Ibadahnya


Sejarah menyebutkan bahawa Imam Al-Haddad tidak tidur di waktu malam untuk beribadah kecuali sedikit sahaja. Yang demikian itu adalah untuk meneladani amalan Rasulullah  yang di perintahkan oleh ALLAH untuk tidak tidur di waktu malam kecuali sedikit sahaja. Firman ALLAH  :

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلۡمُزَّمِّلُ قُمِ ٱلَّيۡلَ إِلَّا قَلِيلاً۬

المزمل: ١ – ٢

Wahai orang yang berselimut ! bangunlah ( untuk solat) pada malam hari kecuali sedikit sahaja.
ALLAH juga telah memuji mereka yang menghidupkan malam dengan ibadah kepadaNya. Firman ALLAH  :

كَانُواْ قَلِيلاً۬ مِّنَ ٱلَّيۡلِ مَا يَہۡجَعُونَ
الذّاریَات : ١٧

Adalah mereka itu sedikit tidur pada malam hari. Dan ketika waktu sahur mereka meminta ampun.
Imam Al-Haddad berkata: “Kami telah melaksanakan segala sunnah Nabi , dan tiada satu sunnah yang kami tinggalkan”. Sebagai membenarkan akan ucapannya itu, beliau – pada akhir umurnya- memanjangkan rambutnya sehingga bahunya, kerana rambut Rasulullah  adalah demikian.

Kewafatannya


Masjid Imam Al Haddad
Masjid Imam Al Haddad
Imam Al-Haddad meninggal dunia pada hari selasa 7 Dzul qi’dah 1132 H. putranya yang bernama Hasan yang merawat beliau ketika sakit. Habib Hasan menceritakan bahawa: Sesungguhnya Imam Al-Haddad dalam sakitnya banyak mengulangi hadis yang terakhir dalam Shahih Al-Bukhari, yaitu:
كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ
ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ
Dua kalimat ringan dilisan, berat di timbangan, di senangi oleh Yang maha Pengasih:
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ
سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ
Beliau meninggal dunia pada 1/3 malam yang pertama, tak seorang pun yang mengetahui berita kewafatannya kecuali di waktu pagi. Keadaan menjadi sangat memilukan ramai pengikutnya. Berduyun-duyun manusia datang untuk menghadiri pengebumiannya.
Habib Hasan – putranya- dan Habib Omar bin Hamid adalah orang yang menangani pemandiannya. Solat jenazah diimamkan oleh Habib Alwi – putranya- , dan di hadiri oleh lebih kurang dua puluh ribu (20,000) orang. Beliau di kebumikan bersamaan dengan terbenamnya matahari, oleh kerana terlalu ramai manusia yang mengahdiri jenazahnya.
Semoga ALLAH  mencucuri rahmatNYA ke atas Imam Al-Haddad, mengangkat derajatnya, memberikan keberkatan akan peninggalan-peninggalannya. Amein.

Pujian-pujian Ulama’ kepada Imam Al Haddad



Gambar Kredit : Ted Chang

Ramai ulama’-ulama’ yang memuji kepada imam Al-Haddad kerana kedudukannya, baik para ulama’ yang hidup di era beliau atau setelahnya.
Diantara pujian ulama’ di zaman Imam Al-Haddad adalah Salah seoarang guru beliau, yaitu Habib Abdurrahman bin Sheikh Maula ‘Aidid berkata bila menyambut kedatangan Imam Al-Haddad:
“ مرحبا بسيّد الجماعة” (Selamat datang wahai penghulu kepada sekalian jema’ah). Terkadang menyebut: “ شيخ القبيلة” (Ketua kabilah atau kepala suku), sebagai satu sebutan yang mengandungi penghormatan serta pujian.
Habib Omar bin Abdurrahman Al-Attas berkata: “Seorang Syed Abdullah Al-Haddad adalah merupakan satu Ummah”.
Di riwayatkan bahawa Mufti negeri Syam di zaman Imam Al-Haddad berkata: “Tiada diatas muka bumi di zaman ini yang lebih ‘alim daripada Abdullah Al-Haddad”.
Murid terulung Imam Al-Haddad yaitu Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi berkata: “Sesungguhnya Imam Al-Haddad telah sampai kedudukan mujtahid (yang layak member ijtihad) dalam ilmu-ilmu islam, iman, dan ehsan. Beliau adalah seorang Mujaddid (pembaharu) ilmu-ilmu ini di zaman ini”.
Adapun pujian para ulama’ setelah Imam Al-Haddad seperti Habib Ali bin Muhammad bin Husin Al-Habsyi:

بالفــتح والإرشـاد والإمــداد *** ثبتت قواعـد شيـخنا الحـداد
مستجمع السر الذي اتصـفت بـه *** أســـلافه وخليفة الأجـداد
فجمــيع من سلك الـطريقة بعده *** مستصـبحون بنـوره الوقـاد

Dengan futuuh (di bukakan pintu-pintu ilmu), Irsyad ( petunjuk), dan Imdad (kelebihan) adalah tonggak utama akan kaedah-kaedah guru kami Imam Al-haddad
kepada beliau telah terkumpul rahasia dan sifat mulia para salaf, maka beliau adalah khalifah kepada mereka
semua yang berjalan dalam jalan mulia ini setelah beliau, telah mengambil dari sinaran ilmu beliau yang sangat terang
Habib Muhammad bin Ahmad Al-Syathiri ( semoga Allah merahmatinya) berkata: “Sangat jarang sekali buku-buku di zaman Imam Al Haddad yang tersebar sepertimana tersebarnya tulisan-tulisan dan karangan-karangan Imam Al-Haddad. Karya-karya beliau telah dicetak berulang kali, dan telah di terjemahkan de dalam beberapa bahasa, dan ramai yang telah mengambil manfaat darinya”.
Almarhum Sheikh Hasanain Makhluf ( bekas mufti Mesir) berkata mengenai karya Imam Al-Haddad “النصائح الدينية” : “Sesungguhnya beliau (Imam Al Haddad) seorang penulis yang sangat jelas urainnya, tinggi tata bahasanya, teliti pembahsannya di dalam mneyebutkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi, serta kata-kata para ulama’, sehingga dapat menghilangkan prasangka dan keraguan didalam hati dan jiwa daripada segala kesamaran, serta dapat menjadi penawar kepada segala permasalahan, sehingga tidak memberi ruang kepada pembicara untuk berbicara, dan tidak ada jawaban lagi bagi orang yang bertanya”.
Dr. Mustafa Al-Badawi telah menulis kitab tentang Imam Al-Haddad bertajuk “الإمام الحداد مجدد القرن الثاني عشر” (Imam Al-Haddad pembaharu abad ke 12). Penulis memetik sebuah hadits Rasulullah  yang riwayatkan oleh Abu Dawud:
إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا
Sesungguhnya Allah akan mengutus untuk Ummat ini pada setiap seratus tahun seseorang yang memperbaharui agama ini untuk mereka.
[1] Orang pertama yang bergelar Al-Haddad
[2] Bapak Saudara Al-Faqih Al- Muqaddam Muhammad bin Ali
[3] Sohib Mirbath ( yang tinggal di Mirbath- Oman)
[4] Khali’Qasam
[5] Kepada beliau nisbah keluarga Ba’alawi atau dikenal dengan sebutan Alawiyyin.
[6] Al-Muhajir ( berhijrah) bergelar gelaran itu kerana beliau berhirah dari irak ke Hadramaut dan menurunkan dzuryzt di sana.
[7] Al-Roomi
[8] Al-Naqib
[9] Al-‘uraidhi ( nama kawasan berhampiran dengan kota Madinah)
[10] Buku ini adalah buku pertama yang di tulis oleh Imam Al Haddad
[11] Imam Al-Haddad berkata: telah berkata sebahagian Ulama’ Al Haramain ketika membaca tulisan ini ( النصائح الدينية) : Buku ini adalah kandungannya sama dengan kitab Ihya’. Imam Al Haddad menjawab: Benar apa yang kamu katakan.
[12] . buk di tulis untuk memenuhi permintaan Habib Ahmad bin Hasyim, ketika meminta wasiat kepada Imam Al Haddad.
[13] . kandungan buku ini adalah kumpulan kata-kata hikmah. Buku ini telah di syarahkan oleh Al-Muhaddits Muhammad Hayah Al-Sanadi Al-Madani.
[14] Kumpulan surat-menyurat Imam Al Haddad kepada saudara-saudaranya, dan juga anak muridnya, dan nasehat-nasihat kepada sultan-sultan pada ketika itu.
Artikel di karang oleh Habib Ali Zaenal Abidin Al Hamid
- See more at: http://darulmurtadza.com/imam-abdullah-bin-alwi-al-haddad/#sthash.bCa1vwqN.dpuf